21/09/2020

Angka Stunting Indonesia Urutan 4 Dunia, Bagaimana Perbaikinya?

Angka Stunting Indonesia Urutan 4 Dunia

Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kementerian Kesehatan di tahun 2019, tercatat bahwa jumlah populasi balita di Indonesia adalah 23 juta anak. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6,3 juta balita di antaranya mengalami stunting.

Prevalensi balita stunting di Indonesia pada 2019 tersebut mencapai angka 27,7 persen, yang masih jauh dari nilai standar WHO (World Health Organization) yang seharusnya dibawah 20 persen. Dan kondisi ini membuat angka stunting Indonesia berada di urutan ke-4 dunia.

Ironisnya, jumlah balita stunting di atas adalah ketika sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Di masa pandemi ini, program nasional penurunan stunting dan penanggulangan gizi buruk disebut-sebut tidak mencapai target. Hal ini sebagai dampak refocusing anggaran untuk pandemi Covid-19 yang menyebabkan berkurangnya dana untuk penanganan stunting. Alhasil, ini membuat target penurunan angka stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024 akan sulit tercapai.

Mengenal Stunting

Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Oleh karena itu, stunting pada dasarnya adalah masalah yang bisa dicegah dengan memperhatikan beberapa faktor.

2 Perbaikan untuk Mencegah Balita Stunting

Melihat fakta bahwa anak-anak Indonesia masih banyak yang mengalami stunting, maka pemerintah berfokus untuk melakukan upaya pencegahan stunting. Tujuannya adalah agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global.

Untuk itu, sesuai arahan dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih.

Perbaikan Pola Makan

Kondisi stunting yang paling banyak terjadi di masyarakat kita adalah dikarenakan oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Maka dari itu, Kemenkes mengkampanyekan istilah “Isi Piringku” yang menjadi panduan gizi seimbang yang sangat perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, disarankan untuk memperbanyak sumber protein baik nabati maupun hewani serta membiasakan makan buah dan sayuran.

Perbaikan Pola Asuh

Stunting tidak hanya dipengaruhi oleh semata-mata faktor asupan gizi saja, namun ada faktor eksternal lain yaitu faktor perilaku yang kemudian mempengaruhi asupan gizi anak. Sebagai contoh, praktek inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, dan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat. Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan edukasi seputar pemenuhan gizi ibu hamil, imunisasi pada bayi dan balita, hingga membiasakan diri untuk memantau tumbuh kembang anak misalnya melalui program Posyandu.

Oleh karena itu, untuk mencegah stunting ini ada 2 kelompok yang perlu diperhatikan pemenuhan asupan gizinya, yaitu ibu hamil dan balita, karena stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu lama bahkan ketika anak masih dalam kandungan sang ibu.

Dengan mencegah stunting, maka kita akan membantu menyelamatkan generasi masa depan bangsa kita. Kenapa? Karena stunting ini tidak hanya sebatas masalah pertumbuhan fisik saja, tetapi juga masalah pertumbuhan otak dan kecerdasan anak-anak Indonesia di masa mendatang.

Related Posts