Pandemi Covid-19 memaksa pemerintah menutup sekolah dan memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring (online). Perubahan sistem pendidikan ini membutuhkan sekolah, guru, siswa bahkan orang tua untuk melek teknologi. Oleh karena itu, saat ini gawai menjadi media utama dalam kelancaran sistem pembelajaran jarak jauh.
Ironisnya, anak-anak dari keluarga miskin tidak memiliki fasilitas untuk mengakses pembelajaran digital. Ada 3 (tiga) kendala besar yang kerap dihadapi siswa dalam pembelajaran daring ini. Pertama, tidak semua siswa memiliki gawai (ponsel). Kedua, banyak yang tidak mampu membeli pulsa untuk mengakses internet. Ketiga, tak banyak dari mereka yang punya kemampuan untuk menggunakan gawai.
Mengusahakan pelajar memiliki gawai dan pulsa adalah satu hal, namun yang tidak kalah penting adalah mereka juga membutuhkan keahlian atau skill untuk menggunakan gawai. Untuk itulah, Jangkau dan Beneran Indonesia sepakat untuk tidak hanya membagikan 1000 gawai, namun juga memberikan kecakapan dan keahlian khusus, sehingga setiap gawai bisa menjadi senjata yang kuat untuk mereka berdampak bagi sesama.
Jangkau adalah platform yang ditujukan untuk menerima dan memberikan bantuan sosial, sementara Beneran Indonesia punya mimpi akan generasi muda Indonesia yang cakap berkolaborasi dan berkontribusi untuk membangun masyarakatnya.
Kolaborasi antara Jangkau dan Beneran Indonesia didasarkan atas kesadaran bahwa setiap bantuan yang disampaikan akan membawa dampak, tidak hanya bagi resipien (penerima bantuan), namun juga bagi para donor dan para relawan pengirim. Setiap gawai berharga karena dia membawa cerita mengenai perubahan dan transformasi hidup untuk Indonesia.
Diharapkan kolaborasi Jangkau dan Beneran Indonesia akan dapat memfasilitasi sistem pembelajaran yang mengintegrasikan teori dan praktik dalam komunitas sehingga menghasilkan generasi muda yang damai, mampu berkolaborasi, dan siap berkontribusi untuk masyarakat dan bangsa.