04/01/2021

Waspada! Angka Kebutaan di Indonesia Masih Tinggi

Waspada! Angka Kebutaan di Indonesia Masih Tinggi

Meski memberikan berbagai kemudahan dalam kehidupan sehari-hari namun tak bisa dipungkiri bahwa radiasi dari komputer dan gadget dapat mengakibatkan gangguan penglihatan bahkan hingga kebutaan. Apalagi di era pandemi ini di mana sebagian besar dari kita menghabiskan lebih banyak waktu untuk bekerja maupun belajar di depan komputer dan gadget.

Sehubungan dengan fenomena ini, beberapa bulan yang lalu tema nasional Hari Penglihatan Sedunia tahun 2020 adalah ”Mata Sehat, Indonesia Maju”. Hal ini bertujuan untuk Tujuan peringatan Hari Penglihatan Sedunia untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan mata.

Mata yang sehat akan mampu menjadikan sumber daya manusia yang lebih unggul dan produktif, karena mata merupakan indera yang berperan penting untuk menyerap informasi secara visual dalam proses pembelajaran, bekerja, dan beraktivitas sehari-hari.
Selain daripada itu, tujuan lain dari peringatan ini adalah untuk memperkuat kolaborasi terintegrasi dengan berbagai pihak dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pengendalian gangguan penglihatan di Indonesia, serta meningkatkan upaya untuk menemukan dan mengenali gangguan penglihatan pada anggota keluarga secara mandiri.

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), di Indonesia terdapat 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan, 6,4 juta menderita gangguan penglihatan sedang dan berat.

Hasil survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) oleh Perdami dan Balitbangkes di 15 provinsi yakni di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Bali, NTT, NTB, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua dengan sasaran populasi usia di atas 50 tahun diketahui angka kebutaan mencapai 3%. Dari angka tersebut katarak merupakan penyebab tertinggi sekitar 81%.

Katarak merupakan salah satu penyakit mata yang paling sering terjadi pada lansia. Faktor risiko seseorang terkena katarak juga biasanya akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Namun bukan hanya faktor usia saja yang meningkatkan risiko terkena katarak, namun juga akibat perubahan susunan protein yang menyebabkan katarak yang bisa dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya:

  • Radiasi sinar ultraviolet maupun lainnya
  • Kebiasaan merokok
  • Cedera atau peradangan pada mata
  • Operasi mata
  • Terapi penggantian hormon
  • Kebiasaan konsumsi alkohol berlebih
  • Rabun jauh yang sudah parah
  • Faktor keturunan dari keluarga yang pernah menderita katarak
  • Beberapa penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan obesitas
  • Penggunaan obat-obatan jenis kortikosteroid dalam jangka panjang
  • Konsumsi obat-obatan statin untuk menurunkan kadar kolesterol

Lalu, apakah katarak ini bisa dicegah atau diminimalisir untuk mencegah kebutaan? Baru-baru ini ada teori yang menyebutkan bahwa banyak kasus katarak yang disebabkan oleh perubahan oksidatif pada lensa mata. Pernyataan ini didukung oleh sebuah studi mengenai nutrisi yang menyatakan, sayur dan buah yang tinggi akan antioksidan, berpotensi untuk membantu pencegahan beberapa jenis katarak.

Jadi, jadikanlah pola hidup sehat sebagai bagian penting untuk mencegah katarak, menjaga kesehatan mata, dan tentunya untuk mencegah kebutaan akibat berbagai kondisi dan faktor risiko di atas ya!

Related Posts